Ikan Goreng Bumbu Balado

Bahan:

Ikan kembung 6 bh dibersihkan beri sedikit cuka/air jeruk nipis dan garam.

Daun jeruk 3 lbr.

Tomat besar 1 bh dipotong jadi 6 bagian.

Minyak untuk menggoreng.

Garam dan gula secukupnya

Bumbu tumbuk kasar:

Cabe merah 10 bh

Bawang merah 8 bh


Cara memasak:

Goreng ikan kembung dengan minyak panas sampai kecoklatan sisihkan.

Sisakan minyak bekas menggoreng ikan 5 sdm lalu masukan bumbu halus dan daun jeruk aduk sampai wangi dan masukan tomat aduk dengan api sedang-kecil, masak sampai bumbu dan tomat matang, lalu masukan ikan goreng tadi diamkan sebentar dengan api kecil lalu hidangkan.

Minggu, 10 Juni 2012

Agresi dan Altruisme


AGRESI & ALTRUISME

Ø  Membunuh karena Ayam dihalau.
Ø  Membunuh karena dicurigai mencuri.
Ø  Masa yang menyerah wilayah tertentu atau perang antar suku.
Ø  Kasus bom, perkelahian pelajar, dll
Ø  Ada orang kecelakaan → ditolong.
Ø  Ada korban gempa, banjir, tsunami → membantu secara fisik, materi doa, dll.


·         Kondisi tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak lagi dipersoalkan, dianggap biasa, wajar, dibicarakan sebentar  lalu dilupakan.
·         Psikologi tidak mendiamkan gekala ini begitu saja karena agresi dan altruisme merupakan perilaku sosial yang penting dan berpengaruh sangat besar pada perilaku individu maupun kelompok.
·         Banyak peristiwa bersejarah baik skala individu, bangsa, umat manusia terjadi karena agresi atau altruisme => pembantaian ras di Rwanda, irak, Israel-Palestina.
·         Agresi dan Altruisme diberi gambaran atau atribusi yang jelas-jelas berlawanan.
ð  Agresi digambarkan seperti nenek sihir, perampok.
ð  Altruisme digambarkan seperti peri, pangeran, putri.
Dan konsep ini belum cukup untuk psikologi yang lebih penting adalah menjelaskan apa agresi dan altruisme dan mengapa hal itu terjadi.

A.     AGRESI
1.       Mana yang agresi?
-          A membunuh B karena singkong.
-          Polisi menembak penjahat.
-          Tentara menembak anggota GAM/OPM.
2.       Perilaku agresi banyak ragamnya sehingga kasus atau perilaku yang sama dapat menimbulkan makna yang berbeda, sehingga peran kognisi sangat besar untuk menentukan apakah perbuatan itu agresi (jika diberi atribusi internal) atau tidak (atribusi eksternal).
-          Atribusi internal: niat, intensi, motif, kesengajaan merugikan/menyakiti orang lain.
-          Atribusi eksternal: desakan situasi, terpaksa, tidak sengaja.
3.       Perilaku agresif (Myers, 1996): perilaku (fisik/lisan) yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti/merugikan orang lain.
4.       Jenis-jenis agresi menurut Myers:
a.       Agresi karena rasa benci = agresi emosi = hostile aggression yaitu ungkapan kemarahan yang ditandai dengan emosi yang tinggi dengan tujuan melampiaskan agresi itu sendiri (agresi jenis panas) dan akibatnya tidak dipikirkan oleh pelaku dan ia tidak peduli karena hanya melampiaskan emosi.
b.      Agresi sebagai sarana mencapai tujuan = instrumental aggression, pada umumnya tidak disertai emosi, bahkan kadang antara pelaku dan korban tidak ada hubungan pribadi karena agresi merupakan sarana mencapai tujuan.
5.       Jenis-jenis agresi menurut Sears, Freedman dan Peplau (1991) :
a.       Perilaku melukai dan maksud melukai
1)      Perilaku melukai belum tentu dengan maksud melukai.
ð  Menembak atau membacok dengan segaja.
2)      Maksud melukai belum tentu berakibat melukai.
ð  Menembak atau membacok tapi meleset → bukan agresif.
b.      Perilaku agresi yang anti sosial
ð  Teroris yang membunuh sandera → agresif.
c.       Perilaku agresif yang prososial
ð  Polisi membunuh teroris
Kedua gambaran itu sulit dibedakan karena tergantung norma sosial atau sudut pandang yang digunakan.
d.      Perilaku dan perasaan agresif → bersumber dari atribusi yang diberikan oleh korban terhadap pelaku sehingga tergantung dari persepsi korban => dalam bus berdesakan dan terinjak → bukan agresif.
Perilaku agresif adalah yang paling sedikit mempunyai unsur maksud melukai dan lebih pasti pada perbuatan bermaksud melukai dan berdampak sungguh-sungguh melukai.


TEORI AGRESI

A.      Teori Bawaan atau Bakat : Berdasar pada teori Psikoanalisis dan teori Biologi.
a.       Teori Naluri
·         Freud (teori psikoanalisis klasik) : agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia yaitu eros = naluri seksual dan tanatos = naluri untuk mati. Naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis yang berada dalam alam bawah sadar, khususnya pada id dengan pleasure principlenya.
·         K. Lorenz (1996) : Agresi merupakan bagian dari naluri hewan untuk survive atau bertahan dalam proses evolusi dan bersifat adaptif atau menyesuaikan diri dengan lingkungan, bukan destruktif atau merusak lingkungan.
b.      Teori Biologi
·         Proses faal oleh Moyer (1976) : Perilaku agresi ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat serta hormon laki-laki (testosteron)
-          American Psychological Association (1993) : hormon atau testosteron aalah pembawa sifat agresif → kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja dam akan berkurang pada usia + 25 tahun.
-          Dabbs (1992) dan (1995) : napi yang melakukan kekerasan mempunyai jumlah hormon testosteron lebih tinggi.
-          Reily (1992), lebih toleran pada pelecehan seksual karena lebih banyak hormon testosteronnya.
-          Archer (1991), Dabbs dan Morris (1990), Olvens (1988) : remaja nakal peminum, pemakai obat, terlibat kejahatan ditemukan produks testosteronnya tinggi.
·         Ilmu genetika oleh Lagerspetz (1979) meneliti tikus agresif dan tidak agresif sesuai dengan hukum mandel dan setelah 26 generasi diperoleh 50% agresif dan 50% tidak agresif.
-          Rushton, Russel dan Welss (1984) : kembar identik paling banyak mempunyai ciri-ciri agresif yang sama.

B.      Teori Lingkungan intinya bahwa perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungannya.
1.       Teori Frustasi — Agresi klasik (Dollard, 1939; Miller, 1941). Intinya agresi dipicu oleh frustasi (hambatan pencapaian tujuan) sehingga agresi merupakan pelampiasan dalam perasaan kecewa.
Agresi semacam ini dapat terjadi jika tidak ada ancaman dari pihak lain (satpam, polisi, pemerintah, dll); seandainya ada maka menyalurkan agresivitasnya kesasaran lain yang ancamannya lebih rendah atau ke diri sendiri.
2.       Teori Frustasi — Agresi baru.
·         Burnstein dan Worchel (1962), membedakan frustasi dan iritasi.
-          Iritasi : jika suatu hambatan pencapaian tujuan dapat dimengerti alasannya => gelisah, sebal → tidak memicu agresi.
-          Frustasi : hambatan mencapai tujuan tapi tidak diketahui penyebabnya dan menjadi pemicu agresi.
·         Berkowitz (1989) : frustasi menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang memicu agresi.
-          Marah baru timbul jika sumber frustasinya dinilai mempuyai alternatif perilaku lain daripada perilaku yang menimbulkan frustasi => kaki diinjak padahal tempat luas.
·         Teori Frustasi — Agresi hanya dapat menerangkan agresi dengan emosi benci (hostile aggression) tidak dapat menerangkan  gejala agresi instrumental.
·         Agresi beremosi benci tidak terjadi begitu saja tapi perlu pancingan (cue) untuk dapat menjadi perilaku ahresi yang nyata atau sesungguhnya => pistol, pisau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar